= OVERVIEW =
Dementium: The Ward adalah game first-person shooter dengan elemen survival horror yang dikembangkan oleh Renegade Kid untuk Nintendo DS.
Game ini termasuk salah satu dari sedikitnya game survival horror dalam
library NDS dan dirilis di Amerika Utara pada 26 Oktober 2007, lalu diterbitkan oleh Gamecock Media Group. Sebuah sekuel berjudul
Dementium II juga dirilis pada 2010 serta sebuah versi
Remaster dirilis untuk konsol penerus Nintendo DS;
Nintendo 3DS. Sementara sekuelnya, mendapatkan
port HD di Steam.
Sementara kebanyakan developer seolah “takut” untuk mengembangkan game FPS di Nintendo DS, tim develoepr Renegade Kid telah membuktikan kalau dengan penanganan yang tepat, mereka bisa merilis sebuah game FPS yang solid— bahkan dengan tema horror yang terbilang cukup menyeramkan.
= STORY & GAMEPLAY =
Sulit untuk membahas Story dalam game ini tanpa Spoiler, karena 80% dari Story dalam game ini memang harus diselimuti misteri; untuk membuat feel bermain menjadi “lengkap”.
Game ini dimulai FMV singkat yang menampilkan karakter utama dibawa kedalam sebuah rumah sakit gelap, disambut oleh makhluk-makhluk menyeramkan.
Setelah semuanya menjadi gelap, ia terbangun dan menemukan dirinya berada di sebuah lorong yang dipenuhi noda darah— disinilah semuanya bermula. Pada awalnya, game ini terlihat seperti game survival horror biasa.
Kamu melihat monster mengerikan yang menyeret seseorang kedalam lorong gelap, dan kamu hanya mendapat sebuah senter untuk menjelajahi rumah sakit yang sangat gelap dan misterius itu.
Begitu kamu mendapat sebuah senjata api, game ini berubah menjadi First Person Shooter yang cukup solid.
Apalagi, framerate-nya cukup stabil untuk berjalan di 60 FPS, dan kontrol touchscreen untuk kamera terasa nyaman untuk melakukan “mouselook” dengan cepat.
Sama seperti dalam Doom 3, karakter utama hanya menggunakan satu tangan untuk melakukan sesuatu.
Yang berarti kamu tidak bisa menyenter sambil menembak atau sebaliknya.
Cukup disayangkan, tapi juga menambah suasana horror dalam game ini.
Game ini juga menyediakan “buku catatan” yang berfungsi dengan stylus atau layar sentuh. Ini dapat digunakan untuk mencatat kode atau sesuatu yang melibatkan puzzle.
Game ini sebenarnya cukup linear dengan cuma ada 16 chapter dengan setiap chapter tersebut melibatkan mencari item, objek tertentu, membuka pintu yang terkunci dan mengalahkan musuh. Tapi sistem “save-point” yang aneh mungkin membuat Player akan menghabiskan waktu lebih untuk menyelesaikan game ini.
Jadi, game ini akan “menyimpan progress” setiap kamu membuka pintu-pintu yang kamu temui.
Supaya kamu bisa melanjutkan dari titik itu jika ingin berhenti sejenak dan menutup gamenya.
SAYANG SEKALI, setiap kamu “mati”.
Kamu tetap mengulang dari awal chapter.
Selain itu, mungkin karena keterbatasan memori NDS, saat kamu membuka pintu dan berpindah ruangan, lalu kembali ke ruangan sebelumnya. Monster-monster yang sudah kamu kalahkan sebelumnya akan kembali berada disana.
Yang lebih buruk lagi, sistem respawn ini tidak berlaku ini med-kit atau sejenisnya, jadi ya…
Ini tentunya akan membuat playthrough kamu akan semakin panjang.
Dan meskipun ada sebuah peta, map yang dibawa si tokoh utama sepertinya juga tidak terlalu akurat.
Map ini berfungsi untuk memberitahukan posisimu dan pintu yang sudah dibuka, tapi bentuk sebenarnya dari suatu lantai bisa saja berbeda dari yang ditampilkan di peta ini. Well, mungkin penyebabnya adalah bangunan di dunia nyata yang rusak. Tapi, ini juga membuatmu harus beberapa kali melakukan backtracking dan bertemu kembali dengan teman lama— musuh-musuh yang sudah kamu kalahkan di ruangan sebelumnya.
– VISUAL & SOUND DESIGN –
Dua aspek yang selalu melengkapi game horror… Grafis dan suaranya.
Dari segi visual, Dementium terbilang sangat baik dengan desain yang gelap, gore dan misterius. Seperti gabungan dari Alone in Dark, Silent Hill dan Doom 3. Efek pencahayaan dan detail pada setiap texture yang ada pada environment sampai karakter di game ini juga sangat pas dipadukan dengan efek-efek suara yang terdengar surealis, seperti suara yang kita dengar saat mengalami mimpi buruk.
Selain itu, indikator heartbeat di game ini juga bukan cuma hiasan, suara detak jantung sang tokoh utama akan menemani player sepanjang permainan, yang intensitasnya juga akan bertambah saat menghadapi sesuatu yang mengerikan.
Ya, walau punya beberapa kekurangan. Tapi Dementium: The Ward telah memberikan pengalaman survival horror dan first-person shooter yang cukup baik untuk ukuran handheld console, apalagi melihat minimnya game sejenis di NDS.
Memang bukan game horror terbaik, tapi Dementium: The Ward adalah judul yang solid. Dan melihat dari versi Remaster-nya yang dirilis di 3DS, sepertinya sebuah versi Remake di Nintendo Switch akan sangat menarik untuk dimainkan.
Walau game ini akan kehilangan fitur touch-screennya, tapi tentunya kalau seandainya game ini mendapat remake, yang pertama kali kita lihat adalah visual gore-nya yang akan jauh lebih realistis.